loading

Refleksi Malam Pergantian Tahun

Terima kasih Jon, terima kasih mengingatkanku, bahwa keinginan kita yang tak terbatas, dibatasi oleh usia.

Tadi sore, aku dapat kiriman pesan WhatsApp dari kawan lama. Teman se-angkatan kuliah di FE ULM. Dikabarkannya, salah satu kawan kami ada yang sakit. Pesan tersebut diikuti foto sobat kami yang tengah digerogoti penyakit. Berkaca-kaca mataku memandangnya. Seolah tak percaya melihat keadaannya sekarang.

Ingatanku pun melayang ke masa-masa kuliah dulu. Kami berkawan akrab dalam kurun waktu 1995 – 1999. Jon (nama samaran), sosok humoris, ceria, dan setia kawan. Jon, mahasiswa yang cerdas. Dia bisa lulus dalam 3,5 tahun. Dia wisuda lebih dahulu dari kami. Aku bahkan 1,5 tahun baru bisa menyusulnya mengenakan toga. Kalau tak keliru, Jon wisuda tahun 1999. Selepas itu, kami lama tak bersua. Mungkin sekitar 10 tahun sesudahnya, kira-kira tahun 2009, Jon ada main ke rumahku. Setelah itu, kami pun putus kontak hingga kini.

Dulu, Jon sering ke rumah. Jemput aku kuliah. Main badminton, ke lapangan basket, juga ke lapangan hijau. Di tim sepak bola angkatan kami, Jon adalah ruh tim. Meski tak ikut bermain sepak bola, tapi dia bertindak sebagai manajer. Menyiapkan segala yang diperlukan tim, termasuk menjadi supporter tim.

Jon bertubuh subur, namun gesit. Dulu, aku pernah “gelut” di kampus gegara sepak bola. Kala itu, Jon sigap membantu saat melihatku dikeroyok. Luar biasa rasa kesetiakawanannya. Rasa solidaritasnya yang besar itu pula yang membuatnya ringan hati membantu kegiatan organisasi di kampus.

Kini Jon terbaring sakit. Badannya yang besar kini kurus. Kabar terakhir yang disampaikan, Jon sudah tak bisa lagi berjalan. Diabetes yang menyerangnya melumpuhkan syaraf tangan dan kakinya. Sungguh tidak kuat aku memandang foto Jon, yang dikirimkan oleh Dani (nama samaran), teman kami.

Tak terasa, beberapa jam lagi, tahun 2023 akan ditinggalkan. Beragam kegiatan dilangsungkan untuk merayakan malam pergantian tahun. Mulai dari pagelaran musik, makan bareng, hingga acara syukuran. Pendek kata, nanti malam pasti seru. Tahun 2023 segera berlalu. 2024, tahun penuh tantangan akan segera tiba. 

Kini, bagiku, hiruk pikuk malam pergantian tahun baru tidak lagi semenarik dulu. Mungkin karena aku merasa tak lagi muda. Sehingga muncul pertanyaan dibenakku, mengapa harus kuhabiskan uang membeli kembang api? Mengapa tak didonasikan saja ke orang-orang yang tengah terbaring di rumah sakit. Untuk biaya berobat Jon, karibku, misalnya. Selain itu, saat melihat orang-orang gembira dengan bunyi ledakan petasan, aku teringat anak-anak Palestina yang ketakutan dihujani bubuk mesiu, bom sungguhan. Entah mengapa, ada sesuatu yang mengganjal di hatiku melihat hal demikian.

Terima kasih Jon, terima kasih mengingatkanku, bahwa keinginan kita yang tak terbatas, dibatasi oleh usia. Bahkan diberikan sakit saja, sudah membuat kita terpaksa harus mengubur semua harapan kita. Semoga cepat sembuh my friend, aamiin.

OcchiolismOcchiolism
WRITTEN BY

Occhiolism

Commit to sharing experience, knowledge, and insight for a better life.Read more

Responses ()